Uji Sifat Fisik Senyawa Hidrokarbon
Praktikum Kimia
Organik
Hidrokarbon
Uji Sifat Fisik
A. Tujuan
1.
Mahasiswa mampu memahami informasi mengenai
sifat-sifat hidrokarbon.
2.
Mahasiswa memahami reaktivitas kimia berdasarkan
jenis hidrokarbon (jenuh, tak jenuh, aromatik)
B. Dasar
teori
Hidrokarbon
merupakan senyawa organik yang tersusun hanya oleh atom karbon (C) dan aton
Hidrogen (H). Hidrokarbon terbagi menjadi 3 jenis utama yaitu hidrokarbon
jenuh, hidrokarbon tak jenuh dan hidrokarbon aromatik. Hidrokarbon jenuh hanya
mempunyai ikatan C-C, sementara Hidrokaron tak jenuh memiliki ikatan C=C atau
rangkap 3.hidrokarbon aromatik merupakansenyawa siklik yang mempunyai sifat
kimia berkaitan dengan benzena. Hidrokarbon jenuh (alkana dan sikloalkana)
bersifat relatif inert dan tidak mudah bereaksi dengan pereaksi-pereaksi umum
(Petunjuk praktikum kimia organik, halaman 8).
Suatu
persenyawaan hidrokarbon bersifat non-polar, sehingga ikatan antar molekulnya
sangat lemah. Karena itu hidrokarbon yang berat ikatan molekulnya rendah
berbentuk gas. Karena sifat non-polarnya, maka hidrokarbon akan mudah larut
dalam pelarut-pelarut berpolarisasi rendah, seperti karbon tetraklorida,
kloroform, benzena dan eter (Kimia organik Hal 59).
Ciri
umum dari hidrokarbon yaitu struktur molekulnya berbeda, maka rumus empiris antar
hidrokarbon juga berbeda. Junlah hidokarbon yang di ikat pada alkena dan alkuna
pasti lebih sedikit karena atom karbonnya berikatan rangkap. Kemampuan
hidrokarbon untuk berikatan dengan dirinya sendiri disebut katensi dan
menyebabkan hidrokarbon membentuk senyawa-senyawayang lebih kompleks seperti
sikloheksana dan benzena. Hidrokarbon adalah salah satu energi yang paling
penting dibumi. Penggunaan utama adalah sebagai bahan bakar. Dalam bentuk padat
hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal (Kimia organik, halaman
70).
Cotoh-contoh
reaksi :
1.
Reaksi pembakaran komponen utama gas alam adalah
hidrokarbon metana. Hidrokarbon lainnya yang digunakan untuk pemanasan atau
memasak adalah propana dan butana. Hasil reaksi pembakaran adalah CO2 dan
H2O disertai dengan pelepasan panas.
2.
Reaksi dengan bromin hidrokarbon tak jenuh
bereaksi secara cepat dengan bromin dalam larutankarbon tetraklorida atau
sikloheksana. Reaksi berupa adisi bromin pada ikatan rangkap karbon. Alkena (bukan
alkana/hidrokarbon aromatik) bereaksi dengan Br2 menghasilkan alkil
bromida yang sesuci ( atau dibromoalkana). Warna kuning/ orange Br2
akan hilang apabila Br2 bereaksi dengan alkena ; hasil reaksi
bromoalkana biasanya jernih tak berwarna. Alkana tidak bereaksi dengan Br2
karena hanya mempunyai ikatan C-C tunggal ; warna kuning/orange Br2
akan tetap ada.senyawa aromatik tahan terhadap reaksi adisi karena sifat
aromatisnya. Senyawa ini bereaksi dengan bromin dengan adanya katalis seperti
alumunium klorida.
3.
Reaksi dengan Asam Sulfat Pekat ( H2SO4
P ) Alkena bereaksi dengan H2SO4 P melalui adisi
menghasilkan asam alkil sulfonat yang larut dalam H2SO4.
Hidrokarbon jenuh tidak relatif ( reaksi adisi tidak
mungkin terjadi); alkana bereaksi secara lambat dan membutuhkan katalis ( HgSO4
) ; senyawa aromatik juga tidak relatif karena reaksi adisi sukar terjadi.
4.
Reaksi dengan kalium Permanganat Aqueous ( KMnO4
) kalium permanganat merupakan agen pengoksidasi yang dapat bereaksi dengan
hidrokarbon tak jenuh, tetapi tidak bereaksi dengan alkana atau hidrokarbon
aromatik. Larutan KMnO4 encer berwarna ungu tua, tidak akan berubah
apabila tidak terjadi reaksi. Endapan coklat MnO2 terbentuk apabila
KMnO4 bereaksi dengan hidrokarbon tak jenuh.
C. Alat
dan bahan
·
Alat
o
Tabung reaksi
o
Pipet tetes
o
Rak tabung reaksi
·
Bahan
o
n-heksana
o
Sikloheksana
o
Toluena
o
Aquadest
o
Ligroin
o
Kertas label
D. Cara
kerja
1.
Kelarutan dan densitas dalam air
a.
Tabung reaksi diberi label yang bertuliskan
senyawa yang akan diuji ( n-heksana, sikloheksana, toluena)
b.
Dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml
masing-masing senyawa yang akan diuji
c.
Ditambahkan 2 ml aquadest kedalam masing-masing
tabung reaksi
Penambahan
dilakukan tetes demi tetes dan sambil diamati pemisahan yang terjadi
Nb : komponen manakah yang berada diatas
atau dibawah (densitas) dan kelarutanya
d.
Masing-masing tabung reaksi dikocok dan diamati
yang terjadi. ( diuji dan diamati satu per satu )
Pengamatan yang
dilakukan adalah kelarutan densitas
Kemudian didiamkan dan diamati kembali
e.
Dicatat setiap pengamatan. Tabung disimpan
sebagai perbandingan percobaan berikutnya
2.
Kelarutan dan densitas dalam ligroin
a.
Tabung reaksi diberi label yang bertuliskan
senyawa yang akan diuji (n-heksana, sikloheksana, toluena )
b.
Dimasukan kedalam tabung reaksi sebanyak 2 ml
masing-masing senyawa yang akan diuji (n-heksana, sikloheksana, toluena)
c.
Ditambahkan 2 ml ligroin kedalam masing-masing
tabung reaksi.
Penambahan dilakukan
tetes demi tetes sambil diamati pemisahan yang terjadi
Nb: Komponen manakah yang berada diatas
atau dibawa (densitas) dan kelarutanya
d.
Masing-masing tabung reaksi dikocok dan diamati
yang terjadi (diuji dan diamati satu per satu)
Pengamatan yang
dilakukan adalah kelarutan dan densitas
Kemudian didiamkan dan diamati kembali.
e.
Dicatat setiap pengamatan. Kemudian bandingkan
dengan percobaan 1 dan catat kembali
E. Data
hasil percobaan



Keterangan.
Sebelum * : Sebelum penggojokan
/ dikocok
Sesudah * : Sesudah penggojokan
/ dikocok

Keterangan.
Sebelum * : Sebelum penggojokan
/ dikocok
Sesudah * : Sesudah penggojokan
/ dikocok
F. Pembahasan
Pada
praktikum ini, pratikan melakukan uji sifat fisik senyawa hidrokarbon.
Pengujian yang dilakukan adalah uji kelarutan dan densitas ( bobot jenis )
Senyawa hidrokarbon yang digunakan adalah n-heksana, klorofom dan toluena.
n-heksana
merupakan suatu hidrokarbon dengan rumus kimia C6H14,
yaitu suatu alkana dengan 6 atom karbon ( C )



Sifat :
Rumus molekul : C6H14
Massa jenis : 0,6548 gr/ml
Penampilan :
Cairan tak berwarna
Densitas :
0,6548 gr/ml
Titik lebur : -95
C

Titik didih : 69oC
Kelarutan dalam air : 13
mg/L pada 20oC
Viskositas : 0,294
cP
Titik nyala : -23,3oC
Suhu menyala sendiri : 233,9oC
Awalan heks harus
merujuk pada 6 karbon yang terdapat pada heksana dan akhiran –ana berasal dari
alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon. Seluruh
isomer heksana amat tidak reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut organik
yang inert (Chang, 2004).
Senyawa lain yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sikloheksena. Sikloheksena memiliki wujud
cair tak berwarna pada suhu kamar. Senyawa ini memiliki aroma khas. Sikloheksena
cenderung tidak stabil dalam penyimpanan yang cukup lama, terutama jika terjadi
kontak dengan sinar dan udara. Sikloheksena dibuat melalui dehidrasi
sikloheksanol dengan bantuan asam (Anonim, 2010).
Hidrokarbon lain yang
digunakan adalah toluena. Toluena adalah cairan bening tak berwarna yang larut
dalam air denga aroma seperti pengencer cat dan berbau harum seperti benzena. Toluena
adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan sebagai pelarut. Umunya tidak larut
dalam air (Anonim,1979).
Pengujian yang pertama
dilakukan kelarutan dan densitas hidrokarbon dalam air. Pada n-heksana saat
diberi aquadest tetes demi tetes tampak langsung terbentuk 2 lapisan . Aquadest
berada pada posisi bawah dan n-heksana berada di posisi atas. Perbedaan ini
dikarenakan massa jenis n-heksana lebih kecil dibandingkan dengan aquadest. Massa
jenis n-heksana adalah 0,6548 gr/ml
sedangkan massa jenis air adalah 1 gr/ml. Setelah dilakukan pengamatan,
kemudian tabung reaksi dikocok. Kemudian tampak tetap terbentuk 2 lapisan
seperti sebelumnya.
Pada sikloheksana saat diberi aquadest tetes demi
tetes tampak tidak terlarut dan ada 2 lapisan, pada bagian bawah adalah air dan
pada bagian atas adalah sikloheksana. Perbedaan letak ini dipengaruhi oleh
adanya perbedaan massa jenis cairan. Pada sikloheksana memiliki massa jenis
lebih kecil dibandingkan dengan air. Massa jenis sikloheksana adalah 0,81
gr/ml, sedangkan masssa jenis air adalah 1 gr/ml. Kemudian setelah dilakukan
penggojokan sikolheksana tampak terlarut sebagian dan tampak ada 3 lapisan (
pada lapisan atas adalah sikloheksana, pada lapisan tengah adalah bagian yang
terlarut dan pada bagian bawah adalah aquadest ). Setelah didiamkan kurang
lebih 5 menit tampak hanya 2 lapisan. Pada lapisan ini tampak keruh dan lapisan
bawah jernih, tampak banyak gelembung pada bagian larutan atas dan tampak
terdapat embun.
Pada toluena saat
diberi aquadest tetes demi tetes tampak terlarut dan homogen larutan menjadi
agak hangat dan tampak adanya gelembung pada dinding tabung reaksi diatas
larutan. Kemudian setelah dilakukan penggojokan, larutan tampak homogen jernih
dan suhu larutan kembali normal ( tidak hangat ).
Pada n-heksana saat
diberi ligroin tetes demi tetes tampak terlarut dan jernih. Selain itu juga
tampak adanya embun pada dinding tabung reaksi. Setelah digojok, larutan masih
tetap tampak terlarut dan jernih.
Pada sikloheksana saat diberi tetes demi tetes
ligroin tampak tidak terlarut. Pada tabung tampak terbentuk 2 lapisan, bagian
atas adalah ligroin dan bagian bawah adalah sikloheksana. Pembentukan ini
dipengaruhi oleh adanya perbedaan massa jenis ligroin dan sikloheksana. Massa
jenis sikloheksana adalah 0,81 gr/ml sedangkan ligroin adalah 0,653 gr/ml. Kemudian
setelah digojok, larutan tampak terlarut dan homogen.
Pada toluena saat
diberi tetes demi tetes ligroin tampak tidak terlarut. Terbentuk 2 lapisan,
pada bagian atas adalah ligroin dan bagian bawah adalah toluena. Perbedaan
letak ini dipengaruhi oleh perbedaan massa jenis larutan. Massa jenis ligroin
adalah 0,653 gr/ml dan toluena memiliki massa jenis 0,8669 gr/ml. Setelah digojok
tampak terlarut sebagian. Pada saat pertama digojok terbentuk banyak gelembung
kemudian lama kelamaan tampak sebagian tercampur.
Beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil praktikum ini adalah suhu, penetesan sampel dan penggojokan
tabung reaksi.
G. Kesimpulan
1.
Hidrokarbon jenuh ( n-heksana ) dan
hidrokarbon tak jenuh (sikloheksana) larut dalam pelarut polar ( air )
2.
Hidrokarbon aromatik ( toluena ) terlarut
dalam pelarut polar ( air )
3.
Hidrokarbon jenuh (n-heksana) dan
hidrokarbon tak jenuh ( sikloheksana ) larut dalam pelarut non polar ( ligroin
)
4.
Hidrokarbon aromatik ( toluena ) tidak
larut dalam pelarut non polar ( ligroin )
5.
Perbedaan lapisan pada larutan
dipengaruhi oleh massa jenis lmasing-masing larutan. Massa jenis yang lebih
kecil akan berada dilapisan atas
H. Daftar
pustaka
1.
Anonim, 1979. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Farmakope Indonesia edisi ketiga
2.
Anonim, 2010. Sifat Alkena. http://pengantar_alkena/kimia_organik_dasar/hidro_karbon/sifat-sifatalkena//.
Diakses pada tanggal 9 Maret 2017
3.
Aninditha, Metha Anung dan Siska
Rusmalina.20127. Petunjuk Praktikum Kimia Organik
4.
Anggota IKAPI.2015.Kimia Organik. Jakarta
: Airlangga
5.
Chang ,Reymond.2004.Kimia Dasar.Jakarta
:Airlangga
Komentar
Posting Komentar